This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 15 Februari 2013

Pantang Share "Status" berikut...

Para facebookers terkadang membuat "status" yang berlebihan. Terutama facebooker's muda, suka berbagi hal apa saja di halaman facebook-nya. Mereka lupa bahwa ada hal-hal yang sebaiknya tidak di-share ke sembarang orang di sana. 

Ada beberapa data dan status pribadi yang sebaiknya tetap dijaga, tidak "dibagikan" di halaman dan postingan Facebook kita. Sebab jika informasi tersebut jatuh ke tangan kriminal cyber, bisa dimanfaatkan dan akan sangat merugikan user yang bersangkutan. Apa saja itu?

1. Kontak pribadi
Ini meliputi alamat rumah, nomor telepon (rumah atau ponsel), PIN BlackBerry. Jika ingin dikontak oleh teman atau kenalan baru, cukup berikan alamat email khusus atau biarkan mereka menghubungi Anda melalui fitur pengiriman pesan di Facebook.

2. Informasi keuangan
Nomor rekening bank adalah hal paling sensitif berkaitan dengan data keuangan. Jika bocor ke tangan kriminal cyber, bisa dimanfaatkan untuk membobol rekening atau melakukan pembelian barang menggunakan rekening Anda.

3. Foto dan video vulgar
Ingin bernarsis ria memamerkan foto atau video saat sedang berpose seksi di pantai atau mengenakan pakaian minim? Atau bahkan sedang beradegan mesra dengan pacar? Hindari itu. Sebab foto itu dapat dimanilupasi dan disebarkan ke seantero jagat disertai fitnah yang merugikan diri Anda.

4. Foto dan video anak-anak berpakaian minim
Ingin pamer foto masa kecilmu dalam pakaian renang yang lucu, atau bahkan telanjang?  Atau ingin memperlihatkan betapa lucunya adik atau keponakanmu saat masih bayi? Sebaiknya jangan. Banyak kaum pedofil yang senang berburu foto anak-anak berpakaian minim untuk dijadikan obyek mereka.

5. Lokasi keberadaan
Tidak perlu pamer sedang berada di mana, sebab para penguntit juga selalu mencari-cari target kejahatan melalui social media.

6. Postingan kebencian terhadap seseorang
Hindari sebisa mungkin, apalagi sampai menyebut nama atau identitas atau petunjuk ke obyeknya. Sebab ini bisa menjadi bahan untuk menjatuhkan diri Anda

sumber : http://www.ldii.or.id

Senin, 11 Februari 2013

Korea Selatan sebagai Negara dengan banyak Keunggulan


Korea, ya negara ini yang tengah booming akhir-akhir ini. Negara yang terkenal dengan dramanya (K-drama), artis dan musiknya (K-Pop) sampai kuliner, kemajuan ekonomi dan keindahan alamnya ini banyak mengundang decak kagum dunia. Tidak sampai disitu, Negeri yang memiliki 4 musim ini juga merupakan negara yang mampu mengelola banyak kegiatan internasional terutama di bidang pendidikan dan kepemudaan.
Dalam hal ini sebagai penulis, saya mencoba share pengalaman saya selama di Korea. Saya mengikuti ajang tahunan 2007 Youth Camp for Asia’s Future yang dilaksanakan selama hampir sebulan. Di ajang tersebut, diikuti oleh 30 negara dengan jumlah peserta 500 an orang. Di saat yang bersamaan, banyak program sejenis yang diadakan dengan venue yang berbeda tentunya. Bayangkan saja bagaimana korea mengatur dan mengelola begitu banyak program untuk beberapa waktu liburan. Program-program tersebut juga memiliki latar belakang kepemudaan. Ini membuktikan bahwa korea mampu me-manage dan mengemas itu dengan baik.
Yang ada dibenak saya saat itu adalah, bayangkan saja berapa banyak biaya yang ditanggung pemerintah Korea untuk tiap-tiap acara. Di ajang  2007 Youth Camp for Asia’s Future yang saya ikuti itu saja setiap negara mengirimkan 10 orang dan dibiayai akomodasinya secara penuh serta diberi uang saku oleh Pemerintah Korea. Wow, fantastis bukan, itu bukan biaya yang sedikit. Lalu bagaimana dengan program-program yang lain disaat yang bersamaan juga (dengan ketentuan kegiatan beragam)?. Korea saya rasa tidak main-main dengan biaya sebesar itu.
Ada sisi positif korea sebagai negara penyelenggara mengadakan event ini. Saya menilai korea berupaya untuk mempromosikan keberadaan negaranya, mulai dari pendidikan, pariwisata, kuliner dan berbagai hal lain. Korea berupaya menempatkan para peserta itu untuk mempromosikan wisatanya kelak. Karena setiap peserta dengan kebanggaannya pasti akan menceritakan dengan persis tentang korea dan segala macam hal baiknya, termasuk pendidikan tingginya yang sangat terkenal.  
Kiat smart ini perlu di contoh oleh semua negara. Korea mampu mengelola dan me-manage suatu event dan membingkainya menjadi suatu program yang menuju kepada promosi pendidikan dan pariwisata yang berbobot. Ini menjadi poin positif bagi Korea dan belum tentu semua negara bisa melakukannya. Ini juga merupakan pencitraan yang positif buat Korea sebagai suatu negara. Semoga kiat smart ini bisa ditiru dan bisa menjadi contoh bagi semua negara terutama Indonesia untuk lebih berani dalam rangka menuju negara yang Go Internasional.

*Penulis adalah Ketua rombongan/ National Leader of Indonesia in 2007 Youth Camp For Asia’s Future dan Lulusan Sastra Korea Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Rabu, 06 Februari 2013

Televisi sebagai Media informasi yang Ramah untuk Anak


Telah kita ketahui bersama bahwa televisi kini merupakan salah satu media yang populer dan diminati masyarakat kita. Bayangkan saja, dari tingkat ekonomi masyarakat yang rendah hingga tingkat atas menggunakan media ini. Arus informasi yang cepat, aktual, dan langsung dilihat titik lokasi kejadian peristiwanya, membuat media ini paling digemari.
Perkembangan televisi pun bukan suatu hal yang tergolong baru jadi. Jumlah stasiun televisi yang beragam menjawab semua pertanyaan tentang begitu cepatnya perkembangan media ini. Termasuk media informasi yang hangat dan aktual awalnya, menjadi stasiun televisi yang memiliki informasi komplit, mulai dari selebriti, asmara, dakwah, telenovela/drama dengan berbagai macamnya, film, musik, hiburan, hingga berita.
Arus informasi dan persaingan stasiun televisi dalam mengejar rating dan keunggulan produknya, membuat klasifikasi acara hiburan menjadi semakin beragam. Akhirnya setiap acara dituntut sebaik-baiknya untuk meraih rating tertinggi dalam penayangannya. Inilah yang mengkhawatirkan menurut saya penulis, karena tontonan televisi semakin menjurus ke arah yang kurang baik. Terutama sinetron yang jam tayangnya dipasang di waktu/jam belajar masyarakat. Berbagai macam jenisnya, dan acara itu juga mengisahkan tentang kehidupan anak di usia remaja (SMP-SMA) yang merupakan usia rentan dan masa-masa kritis seorang anak dalam mencerna suatu tayangan/hal baru.
Menurut penelitian sebuah akademi dokter anak di Amerika, anak yang dibiarkan orang tuanya menonton televisi akan menyerap pengaruh yang merugikan.  Terutama pada perkembangan otak, emosi, sosial dan kemampuan kognitif anak. Menonton televisi terlalu dini mengakibatkan proses wiring, proses penyambungan antara sel-sel syaraf dalam otak menjadi tidak sempurna.
Yang lebih mencengangkan lagi, ada suatu tontonan sore yang menceritakan tentang kisah asmara anak SMP. Mulai dari seorang remaja kasmaran hingga menyatakan cinta kepada sang kekasih disekolahnya. Bahkan lagu-lagu selingan untuk anak SD dan SMP dalam cerita itupun diisi lagu-lagu cinta. Bayangkan saja,apakah ini suatu kewajaran??. Sulit buat saya untuk membayangkan, berapa banyak anak-anak usia SMP yang menonton acara itu di jam tersebut dan apakah semua orang tua ada disaat mereka menontonnya dan memperhatikan serta memberi bimbingan??. Menurut saya, tidak cukup hanya memberi label di pojok kanan atas layar suatu acara dengan BO (Bimbingan Orang tua). Apakah itu akan menjamin bahwa setiap media televisi sebagai penanggung jawab siaran lepas dari tanggung jawab?. Pertanyaan yang berat, bahkan sangat berat untuk dijawab. Dan saya yakin, keuntungan yang didapat tidaklah sebanding dengan kerusakan moral yang nanti akan kita hadapi.
Miris rasanya, Kementrian dan anggota dewan yang terhormat seharusnya berani menyiratkan ini dalam Undang-undang penyiaran guna membatasi tontonan dan siaran yang “belum pantas” ini jika memang mau indonesia kedepannya memiliki generasi yang bermartabat dan tangguh. Bermartabat dalam menjaga pergaulannya dan tahu kapan akan bertindak dan bertingkah laku yang pas sesuai waktu, umur dan keadaan. Semoga bacaan ini menjadi penggugah dan pencerah ditengah maraknya kerusakan moral dan bobroknya mental generasi muda saat ini.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More