Dalam setiap UN dari tahun ke tahun, Kecenderungan
mengantisipasi ujian nasional umumnya guru akan disibukkan dengan
membuat prediksi soal UN. Seorang guru saat ini dibebani dengan tanggung
jawab secara moril atas kelulusan siswa /siswi yang mereka didik pada
Ujian Nasional. Berbeda dengan sistem di tahun 1990 an sampai tahun
2004, dimana guru tidak perlu terlalu memikirkan tentang kelulusan siswa
dalam ujian nasional, guru hanya dibebani dengan tugas mengajar
sedangkan hasil dari kelulusan itu sepenuhnya digantungkan kepada siswa
itu sendiri. Perbedaan ini karena di masa itu belum ada standarisasi
mengenai nilai Ujian Nasional, sedangkan saat ini siswa dibebani dengan nilai ujian nasional minimum yang harus mereka capai untuk dapat lulus dari sekolah.
Ujian Nasional – UN 2013 sebentar lagi akan digelar, mulai dari UN SMA maupun tingkat SMK, SMP/Mts, Juga sekolah Dasar (SD).
Paradigma ujian nasional ini masih menjadi fenomena perdebatan hingga
tingkat politik. Sangat miris memang ketika pendidikan juga harus
menjadi korban politik. Kita bisa melihat gambaran pada UN 2012 lalu,
dimana para elit-elit politik berkoar-koar tentang system Ujian Nasional
dengan membawa nama Partai Mereka masing-masing. Menjadi pertanyaan
Apkah kita ini sedang meningkatkan pendidikan bagi partai atau kita
sedang berusaha mencerdaskan dan meningkatkan keilmuan dari calon
penerus bangsa ini? UN SMP waktunya tidak jauh berbeda dengan UN SD dan
SMA, biasanya soal UN 2013 akan dibuat oleh tim pembuat soal secara
nasional, Pembuatan soal UN yang terpusat ini memiliki kelebihan namun
terdapat juga kekurangan. Dengan system soal terppusat maka sangat mudah
untuk mengontrol keamanan dari bocornya soal, standar penyamaan
kemampuan menjawab soal untuk seluruh daerah di Indonesia tidaklah bisa
disamakan secara merata, kita lihat di daerah-daerah tertinggal
misalnya, dimana mereka masih kekurangan guru tentu saja kemampuan
mereka menjawab soal UN yang dibuat oleh tim penyusun soal jauh lebih
rendah bila dibandingkan dengan kemampuan siswa/siswi di kota.
Ujung-ujungnya soal UN SMA menjadi bisnis bagi kalangan tertentu dengan
menjual dan menjanjikan prediksi soal UN 2013 berdasarkan soal UN 2012.
Ini sangat miris dimana bidang pendidikan itu sendiri telah
dieksploitasi menjadi kawasan bisnis.
Belum lagi masalah dugaan korupsi yang kita dengar
akhir-akhir ini dimana beberapa perusahaan percetakan soal dibekingi
oleh orang-orang yang notabene merupakan petinggi-petinggi DPR yang ikut
meramaikan perusahaan percetakan UN. Keterlambatan distribusi
soal ujian yang menyebabkan UN di banyak daerah terpaksa diundur
dianulir merupakan penyebabnya. Selain itu, adanya penjagaan maksimum
dari para anggota militer dengan pengawalan ekstra ketat juga diduga
menjadi momok yang seakan-akan menakutkan bagi siswa. Ya, memang tiada
salahnya dengan pengamanan super seperti itu namun kembali lagi bisa
jadi berbeda di mata para siswa yang menyaksikannya.
Belum selesai satu masalah,muncul lagi masalah lain, dimana banyak beredar kunci jawaban yang entah benar atau tidak namun terlihat sangat meyakinkan. SMS
dari siswa ke siswa sebelum ujian dan copy an jawaban pun marak
tersebar. Apa yang terjadi dinegara kita ini?. Ingatkah kita pada Negara
Malaysia yang dulu di tahun 60’an belajar pada Indonesia?,,kini kita
belajar pada mereka bagaimana standar kelulusan mereka dalam ujian
mereka pun puluhan kali dari standar kelulusan dinegara kita. Inilah
yang menjadi perhatian bagi kita Pemerintah, Masyarakat, Lembaga Swadaya
bahkan sekolah dan unsur terkait untuk mendorong penciptaan UN yang
sesuai standar, maksimal dan merupakan cerminan penilaian kualitas
bangsa yang berkualitas menuju Masyarakat Cerdas Indonesia Emas 2025.
*Penulis adalah Dosen Perguruan Tinggi Swasta dan Pengamat Pendidikan